TRANSENDEN
Transenden (Bahasa Indonesia) merupakan kata serapan
dari Bahasa Inggris: Transcendent. Transcendent sendiri memiliki
akar kata Transcend yang diserap ke dalam Bahasa Inggris dari bahasa
eropa lain, yaitu
Bahasa
Perancis Kuno : Transcender
Bahasa
Latin
: Transcendere
Bahasa Perancis Kuno pada mulanya adalah salah satu
dialek bahasa Latin Vulgar pada sekitar abad X Masehi. Seiring berjalannya
waktu, dan pengaruh dari berbagai bahasa lainnya (diantaranya bahasa Celtic dan
Bahasa Frankis Kuno/ German Kuno), Bahasa Perancis Kuno akhirnya
berkembang menjadi bahasa yang berdiri sendiri dan unik.
Melihat silsilah bahasa tersebut, maka kata Transenden
(Bahasa Indonesia) bisa dirunut secara etimologis sebagai berikut:
Transenden (Indonesia)
<== Transcendent (English) <== Transcend (English) <== Transender
(Old. French) <== Transendere (Latin Vulgar)
Dalam Bahasa
Latin:
Trans
= Over
Scandere
= To Climb
- Surpassing usual limits
- Being beyond the range of normal perception
- Free from the constraints of the material world, as in the case of a deity
Susah
mengerti Bahasa Inggris???? Berikut saya berikan definisi Transenden menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia:
- Di luar segala kesanggupan manusia; luar biasa
- Utama
Intinya, Transenden adalah sesuatu yang di luar batas.
Di luar batas pengetahuan dan kesanggupan manusia. Atau di luar batas normal.
Sesuatu yang luar biasa, dan sebagainya. Kata ini di antaranya sering digunakan
dalam matematika untuk menunjukkan bilangan dan fungsi tertentu. Dan juga
banyak digunakan dalam filsafat untuk menunjuk kepada Tuhan atau wujud “super”
lainnya.
IMANEN
Dalam istilah Filsafat Ketuhanan, Tuhan yang imanen berarti Tuhan berada di dalam struktur alam semesta serta turut serta mengambil bagian dalam proses-proses kehidupan manusia.[1] Berbeda dengan transenden yang sangat mengagungkan Tuhan yang begitu jauh sehingga mereka sangat hormat.[1] Imanensi lebih dekat dan terbatas pada pengalaman manusia, seperti dikemukakan Hume dalam teori fenomenalisme empiris dan Kanti dalam Crtitique of Pure Reason.[1]
Dalam bidang aliran agama, imanensi sangat ditekankan oleh ajaran Panteisme untuk menentang transendensi.[1] Hal ini dimaksudkan agar manusia lebih akrab dengan Tuhan dalam kehidupannya.[1] Namun terdapat pandangan bahwa hal ini hanya akan membatasi Allah yang maha kuasa atas kehidupan manusia, Allah kehilangan unsur misterinya.[1]
Fungsi utama transenden adalah untuk mengenal Tuhan secara wujud karena hanya dengan kecerdasan transenden, manusia bisa bertemu dengan fisik-Nya.
BalasHapusAda 5 tingkat kecerdasan berdasarkan tingkatan hati & logika :
1. Kecerdasan biner (nafs) yang dimiliki oleh basyar, logikanya 0 & 1 (benar & salah)
2. Kecerdasan kuantum (shadr) yang dimiliki oleh annas, logikanya 0=1 (benar=salah)
3. Kecerdasan super (qalbu) yang dimiliki oleh insan, logikanya 0,1,2,3,...(kebenaran terus bertambah & sdh tdk ada lagi kesalahan tapi tanpa rasa)
4. Kecerdasan Imanen (Fuad) yang dimiliki oleh insan Kamil, logikanya ...,3,2,1,0 (rasa yang terus berkurang)
5. Kecerdasan transenden (lub) yang dimiliki oleh kamil, logikanya 0,1,2,3,...(kebenaran, kebaikan & rasa yang terus menerus bertambah)
Untuk masuk transenden ada 2 jalur :
Hapus1. Jalur Logika (penelitian).
Ini yang dilakukan para ilmuwan.
Sayangnya tidak ada satupun ilmuwan yg bisa masuk jangankan transenden, kuantum saja tidak bisa.
Ada beberapa ilmuwan yang maksa masuk kuantum malah terkena penyakit schizofrenia (disorientasi logik) krn berusaha memahami kuantum tapi pakai logik biner.
2. Jalur Nafs (penyucian jiwa dengan amalan lahir & batin).
Ini yang dilakukan para agamawan.
Sayangnya tidak ada satupun yang masuk transenden, keduanya (ahli amalan lahir & batin) malah terjebak konflik biner (konflik benar-salah yang tidak ada ujung pangkalnya).
Hanya ada 1 jalur menuju transenden yaitu melalui raga (nata raga).
HapusNata raga merubah putaran modal menjadi putaran rasa (putaran modal-hasil-manfaat-nilai-rasa) atau disebut juga sistem amany. Rasa itu jauh melampaui ilmiah.
Tidak akan pernah bisa masuk transenden tanpa putaran rasa.
Dan yang terakhir, setelah menjadi manusia transenden, berikutnya dia menjadi manusia ilahi.
HapusManusia ilahi sudah tidak punya hati karena hati (batin)-nya sudah menyatu dengan fisik (lahir)-nya.
Manusia ilahi itu sudah menyatu antara materi (fisik), non materi (perilaku) & rasa, tidak terpisah-pisah lagi.
Manusia ilahi itu sudah "bersama dengan wujud (fisik)-Nya" bukan lagi manusia transenden yang hanya "bertemu dengan wujud (fisik)-Nya".
Dalam kondisi spt ini, dr segi prilaku sosial, sulit membedakan mana yg ubnormal dan upnormal.
BalasHapus